Pages

Sabtu, 10 Maret 2012

RELIGI 1

Mewaspadai Niat Mencari Ilmu


Penulis : Redaksi KSC

Barangsiapa yang ingin dunia, maka wajib baginya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang ingin akhirat, maka wajib baginya dengan ilmu. Dan barangsiapa ingin dunia dan akhirat, maka wajib juga baginya dengan ilmu.
Jadi, Allah menciptakan ilmu sebagai sarana, sebagai syari'at kita mendapatkan dunia dan akhirat. "Barang siapa yang dikehendaki Alllah menjadi baik, maka Dia (Allah) akan menjadikannnya memahami agama." (Hadits Muttafaqun Alaih).
"Barangsiapa yang menyeru atau mengajak kepada petunjuk, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya dan tidak berkurang pahala mereka sedikitpun." (HR. Imam Muslim).
Jika Allah sudah senang kepada seorang hamba, maka Allah akan memudahkan langkahnya untuk mendapatkan ilmu. Ilmu merupakan amanah. Jika diamalkan, maka ilmunya akan bertambah. Jika tidak diamalkan, maka akan bertambah fitnahnya. Dan jika ilmu itu diamalkan, maka akan menjadi bekal saat meninggal dan terus mengalir. Saat berada di alam barzah, akan ada pahala yang terus mengalir. Apalagi jika kita menyampaikan ilmu dengan ikhlas dan orang menirunya.
Kita mengajarkan tahajud dan orang tahajud, dan kita pun tahajud, maka pahalanya akan mengalir terus tanpa mengurangi pahala yang bersangkutan. Maka, mengajak orang lain kepada ilmu itu adalah sesuatu yang benar-benar berkah.
Allah mengangkat derajat seseorang dengan ilmu. Tapi tidak sedikit juga orang yang turun derajatnya karena berilmu. Penyebabnya adalah pertama, karena niat mencari ilmunya yang salah. Kalau niat mencari ilmunya karena duniawi, itu tidak benar. Allah menciptaakan ilmu untuk memandu kita mengenal Allah, dekat dengan Allah, dan manfaat untuk hamba Allah. Jadi, ilmu yang bermafaat itu adalah ilmu yang membuat kita lebih kenal Alllah, lebih dekat dengan Allah, menjadi patuh kepada Allah, dan manfaat untuk hamba-hamba Allah.
Apa cirinya seseorang tidak mengenal Allah? Cirinya adalah tidak ikhlas. Dia lebih senang menggunakan ilmunya untuk mencari duniawi daripada mencari kedudukan di sisi Allah. Misalnya ingin disebut ustadz, ingin disebut mubaligh yang banyak jama'ahnya, ingin populer, ingin pujian, imbalan dari mahluk, menggunakan ilmu agama bukan untuk mendekat kepada Allah, tapi untuk duniawi. Ini tidak benar.
Kita belajar agama supaya dekat dengan Allah. Perkara dunia tidak usah dirisaukan. Kalau kita menjadi takwa, janji Allah pasti datang. Jadi, jangan mencari ilmu akhirat untuk kepentingan dunia belaka. Carilah ilmu untuk dekat dengan Allah. Kalau dekat dengan Allah, mustahil Allah tidak menjamin hamba-Nya. Allah Maha Menyaksikan hati kita. Mengapa ada orang berilmu belum tentu dekat dengan Allah? Kuncinya adalah di hati. Niatnya yang belum lurus untuk dekat dengan Allah.
Kedua, mencari ilmu untuk pembenaran dirinya. Ada yang mencari ilmu untuk kebenaran, ada juga yang mencari ilmu untuk pembenaran. Dia akan terus mencari ilmu untuk nafsunya.
"Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, barangsiapa menuntut ilmu agama yang seharusnya ia mengharap keridhaan Allah, namun ia mempelajarinya hanya untuk memperoleh keuntungan dunia, maka ia tidak akan mencium harum surga pada hari kiamat." (HR. Imam Abu Daud).
Semua yang berkepentingan untuk duniawi adalah niat yang salah dalam mencari ilmu. Duniawi tidak hanya dalam bentuk uang. Bentuk lainnya adalah adanya keinginan untuk disebut cerdas, ingin dianggap ahli dalil, dianggap paling pintar, paling hebat, dan paling kuat hujjahnya. Kalau kita rajin belajar, pasti Allah akan membuat kita pintar. Tapi pintar bukanlah tujuan. Tujuan kita adalah mencari ilmu supaya dekat dengan Allah, kenal dengan Allah, patuh kepada Allah, menjauhi larangan Allah, dan manfaat untuk mahluk-mahluk Allah. Memang, semua hal itu memerlukan perjuangan dan keikhlasan.
Jika sudah dibiasakan dari awal untuk mendapatkan penilaian orang lain, maka tidak ada yang namanya keikhlasan. Ingin dipuji, ingin terlihat hebat, ingin jadi juara, dan ingin punya gelar. Ingin punya gelar boleh, tapi jangan dijadikan sebagai andalan hidup, sebagai sumber kemuliaan, kehebatan, dan kesuksesan. Allah memuliakan manusia bukan dari gelar. Tidak masalah punya gelar. Tapi, jika belajar bertahun-tahun hanya karena untuk mendapatkan gelar, itu yang tidak benar. Ilmu bukan untuk dibangga-banggakan, digaya-gayakan, dan dipamer-pamerkan. Ilmu untuk membuat orang menjadi ahli takwa. Barulah dia akan terangkat derajat karena ilmu.
Wallahu a‘lam bishawab.
Diambil dari Tausyiah (KH. Abdullah Gymnastiar di Majalah Swadaya

http://kotasantri.com/

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 MY SHADOW. Design by WPThemes Expert
Blogger Templates by Buy My Themes.